EKONOMI
KOPERASI
Pemasaran
Koperasi
Di susunoleh :
EggyFebrian
12212382
2 EA 28
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam sejahtera bagi kita semua
Alhamdulillah dan puji syukur kita
panjatkan ke hadirat Allah atas hidayah-nya yang telah di anugerahkan kepada
penulis sehingga makalah ekonomi
koperasi dapat di selesaikan. Makalah ini dirancang sebagai
bahan ajar untuk kuliah-kuliah diperguruan tinggi dan khalayak umum yang
memiliki perhatian terhadap masalah-masalah di dalam ekonomi koperasi tersebut.
Akhir kata, saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kerterbatasan
sehingga tidak memuaskan semua pembaca. Untuk itu, koreksi konstruktif selalu
saya harapkan dari semua pihak untuk perbaikan selanjutnya. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wabillahi Taufiq walhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salam Sejahtera Bagi kita semua
Bekasi, 14
Januari 2014
Penulis
(Eggy
Febrian)
DAFTAR ISI

A
A.
Latar Belakang Masalah........................................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah......................................................................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................................................................... 2

A. Masalah Kperasi Dalam
Pemasaran................................................................................................
3
B. Pendekatan Kinerja Structure-Conduct......................................................................................
4
C. Koperasi Dalam
Persaingan Sempurna........................................................................................
5
1.
Hakikat
Persaingan Sempurna................................................................................................
5
2.
Ekuilibrium
Usaha Koperasi Dalam Persaingan Sempurna...............................
6
2.1
Tujuan
Usaha Koperasi.....................................................................................
6
2.2
Kinerja
jangka Pendek Koperasi...............................................................
7
2.3
Kinerja
Jangka Panjang Koperasi.............................................................
8
D. Kinerja Koperasi Dalam Persaingan Tidak
Sempurna......................................................
9
1.
Definisi.......................................................................................................................................................
10
2.
Analisis
Jangka Pendek..................................................................................................................
11
3.
Analisisi
Jangka Panjang...............................................................................................................
12
E. Koperasi Dalam Pasar Oligopoli.........................................................................................................
14
1.
Analisis
Dan Asumsi.......................................................................................................................
14
2.
Strategi
Harga Koperasi................................................................................................................
15
2.1
Pemotongan
Harga Yang Mematikan....................................................
15
2.2
Kepemimpinan
Harga (Price Leadership)..........................................
16
2.3
Hambatan
Masuk (Barries To Entry) Bagi Koperasi..................
16
3. Hambatan Masuk Dan
Integrasi Vertikal Koperasi.....................................................
17
4. Oligopoli Dan
Monopoli Alami...................................................................................................
18
F. Kinerja Dalam Pasar Monopoli............................................................................................................
19
1. Masuknya Koperasi
Kedalam Pasar Monopoli................................................................
19
2. Persaingan Potensial
Dan Koperasi........................................................................................
2
G. Skala Ekonomi Dan Kinerja Komparatif Koperasi................................................................
23
1. Masalah Dan Arti
Skala Ekonomi..............................................................................................
23
2. Skala Ekonomi Dan
Organisasi Koperasi............................................................................
24

A. Koperasi Serba Usaha Setia Budi....................................................................................................... 25

A. Kesimpulan.......................................................................................................................................................
27
B. Saran......................................................................................................................................................................
28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Koperasi
sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan relatif homogen,
berhimpun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan kegiatannya,
koperasi dilandasi oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mencirikannya
sebagai lembaga ekonomi yang sarat dengan nilai etika bisnis. Nilai-nilai yang
terkandung dalam koperasi, seperti menolong diri sendiri, percaya pada diri
sendiri dan kebersamaan akan melahirkan efek sinergis. Efek ini akan menjadi
suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi untuk mampu bersaing dengan para
pelaku ekonomi lainnya. Konsepsi demikian mendudukkan koperasi sebagai badan
usah yang cukup strategis bagi anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomis
yang pada gilirannya berdampak pada masyarakat secara luas. Disinilah koperasi
harus tetap mempertahankan hidupnya agar dapat bersaing dalam pasar.
Dalam
persaingan pasar, koperasi haruslah mampu mempertahankan dirinya agar para
pelanggan tetap mau berkerjasama dengan koperasi. Dalam makalah ini akan di
bahas bagaimana koperasi menaganaliis harga, mengigat bahawa pasar tak lepas
dari harga –harga yang selau bersaing dengan ketat. Mulai bagaiman koperasi
memproduksi barang dengan murah mampu bersaing dengan para penjual dan
bagaimana koperasi mempertahankan dirinya dalam pasar persaingan sempurna dan
tak sempurna dengan motode pertahanan harga pasar.
B. Rumusan Masalah.
- Apakah
masalah koperasi pada pemasaran?
- Bagaimana
pendekatan kinerja SRTUKTURE-CONDUCT?
- Bagaimana
kinerja koperasi dalam persaingan sempurna?
- Bagaimana
kinerja koperasi dalam pasar persaingan tidak sempurna?
- Bagaimana
kinerja koperasi dalam pasar oligopoli?
- Bagaimana
kinerja koperasi dalam pasar monopoli?
- Bagaimana
skala ekonomi dan kinerja komperatif koperasi?
C. Tujuan
- Dapat
mengetahui masalah ekonomi dan mengetahi bagainan cara menyelesaikan
masah-masalah koperasi dalam pasar.
- Dapat
mengetahui pendekatan kinerja strukture conduct pada koperasi.
- Dapat
mengetahui kinerja kopersi dalam pasar persaingan sempurna.
- Dapat
mengetahui kinerja koperasi dalam pasar tak sempurna.
- Dapat
mengetahui kinerja koperasi dalam pasar oligopoli.
- Dapat
mengetahui kinerja koperasi dalam pasar monopoli.
- Dapat
mengetahui skala ekonomi dan komperatuf koperasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Masalah
Koperasi Dalam Pemasaran.
Dalam pasar
terdiri dari produsen, konsumen, dan penjual/pedagang. Dengan gambar sebagai
berikut:
Pada bagan diatas
dijelaskan bahwa ada beberapa alternatif produsen menjual barang yaitu:
- menjual
langsung pada konsumen
- menjual
ke penjual/ pedagang.
- Menjual
ke koperasi.
Produsen akan menjual
barang produksinya kepada koperasi jika memberi manfaat sama dengan menjual
pada penjual/tengkulak atau menfatnya lebih besar menjual kepada koperasi.
Dari
segi konsumen hampir sama. Konsumen memiliki alternatif bertransaksi
secara langsung dengan produsen atau melalui penjual sebagai perantara (antara
konsumen dan produsen) ataupun melalui koperasi. Keputusan untuk bertransaksi
dengan penjual diambil jika manfaat transaksi dengan penjual lebih besar dari
bertransaksi langsung dengan produsen.
Masalah
yang dihadapi koperasi dalam pemasaran adalah persaingan dalam pemasaran dan
persaingan haga. Sebagaimana yang di gambarkan sebelumnya, sebagian masalah
penting dalam organisasi koperasi dapat di kurangi melalui integrasi vertikal.
Dari posisi givendalam rantai pemasaran, misalnya produsen barang
perusahaan: perusahaan dapat melakukan integrasi ke hulu, internalisasi
pedagang input bahkan produsen input (bahan baku dll) atau perusahaan dapat
melakukan integrasi ke hilir, internalisasi distributor produk mereka (misalnya
grosir atau bahkan pengecer). Dalam integrasi hilir, para produsen mendirikan
grosir sendiri dan atau beralih ke eceran dan mendirikan toko sendiri.
Selain
dalam persaingan harga koperasi di hadapkan oleh persaingan harga seperti yang
telah di ungkapkan oleh Robinson dan Etwell bahwa penjual akan memilih harga
pasaraan yang lebih murah dari pada harga lainya yang lebih tinggi. Disisnilah
koperasi harus bisa mengatur harga yang sesuai dengan harga pasar.
B. Pendekatan
Kinerja Structure-Conduct
Dalam
subbab berikut dianalisis, dalam kondisi pasar yang bagaimana koperasi dengan
tingkat given dapat mencapai hasil ekonomis yang lebih baik
bagi anggotanya. Ada dua pandangan teoritis tentang bagaimana koperasi pada
pasar yang berbeda dapat menyediakan manfaat ekonomi bagi anggota dibandingkan
dengan perusahaan non koperasi.
Pendekatan
pertama, model struktur pasar neo-klasik standart adalah suatu pendekatan yang
paling umum dipakai dalam literatur koperasi. Model Neoklasik standar terdiri
dari pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik (tidak sempurna),
oligopoli, dan monopoli. Pada ujung yang satu (monopoli) tingkat persaingan
adalah nol sedangkan pada ujung yang lain (persaingan sempurna) tingkat
persaingan adalah maksimal.
Pandangan
persaingan ini melihat adanya hubungan sebab akibat langsung antara struktur
(industri), tindakan perusahaan (condact of the firm) dan kinerja
(pasar).
Struktur
pasar terdiri dari unsur eksternal yang berubah secara perlahan dan relatif
permanen bagi perusahaan dan mempengaruhi tindakan perusahaan dalam jangka
panjang khususnya dalam penentuan harga pasar. Struktur pasar tergantung pada
pertimbangan-pertimbangan seperti jumlah penjual dan pembeli di pasar, kesamaan
produk mereka dan kemudahan perusahaan untuk memasuki dan meninggalkan industri
(pasar). Tindakan pasar (market conduct) atau perilaku (behavior)
bisnis dapat dipahami sebagai pilihan taktik dan strategi yang terdapat pada
pembagian perusahaan dalam struktur pasar yang khusus.
Kinerja
pasar berhubungan dengan hasil-hasil ekonomis dan non-ekonomis yang ditentukan
oleh struktur pasar atas ‘behavior’ perusahaan yang harus dihasilkannya.
Kinerja dapat dilihat dalam hubugannya dengan dimensi-dimensi yang berbeda
seperti efisiensi ekonomis/alokatif, mutu produk, kemajuan teknologi, dan dalam
hal koperasi, promosi anggota.
Sebagaimana
yang dapat dilihat dalam tabel di atas ada tiga kategori yang menentukan
standar proses pasar yaitu struktur, tindakan (conduct), dan kinerja
yang berhubungan erat dan saling menentukan struktur pasar menetukan prilaku
perusahaan dalam industri atau pasar sedangkan tindakan menetukan kualitas
kinerja perusahaan maupun pasar.
Berkenaan
dengan koperasi, kini dapat ditentukan secara lebih seksama tujuan dari
analisis harga dalam struktur pasar. Karena sampai saat ini teori koperasi
telah menggunakan pendekatan ini secara luas, dan karna kesimpulan penting bisa
ditarik dari pembahasan tersebut, maka pendekatan ini tampaknya bisa digunakan
sebagai langkah awal yang penting untuk analisis selanjutnya.
Pertama-tama akan dianalisis tentang kebijakan harga koperasi pembelian (supply)
yaitu koperasi yang membeli dan mendistribusikan input atau produk bagi para
anggotanya, misalnya pupuk. Selanjutnya akan dibahas mengenai kebijakan
koperasi pemasaran (yaitu koperasi yang membeli produk dari anggota dan
memasarkan produk kepada masyarakat umum).
C. Koperasi
dalam Persaingan Sempurna
1.
Hakikat Persaingan Sempurna
Persaingan
sempurna adalah struktur pasar yang paling banyak digunakan oleh ahli ekonomi.
Model persaingannya merupakan dasar analisis dan riset terapan yang luas.
Karakteristik model
pasar persaingan sempurna, sebagai berikut:
- Jumlah
pembeli dan penjual yang besar/banyak.
Jumlah yang besar merupakan gambaran
struktural dasar pasar persaingan sempurna. “Besar” disini, tidak mengacu pada
jumlah tertentu. Akan tetapi harus ada cukup perusahaan, sehingga masing-masing
perusahaan, sebesar apa pun hanya memasok sebagian kecil dari jumlah
keseluruhan yang mempengaruhi pasar. akibatnya, tingkat produksi perusahaan
(kapasitas penuh atau tidak berproduksi sama sekali), tidak akan berpengaruh
besar pada harga pasar.
- Seluruh
perusahaan menjual produk yang identik (homogenitas product)
Asumsui homogenitas
produk, memiliki beberapa implikasi penting:
a)
Tidak ada insentif bagi perusahaan untuk terlibat dalam pesaingan non harga
(melalui iklan dan bentuk-bentuk promosi penjualan lainnya). Karena
produk-produknya identik, dan pembeli mengetahui hal itu, persaingan non harga
tidak akan menambah keunggulan pasar bagi suatu perusahaan atas perusahaan
lainnya.
b)
Asumsi banyak penjual dan homogenitas produk menyatakan secara tidak langsung
bahwa masing-masing perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar.
- Perusahaan
bebas keluar masuk pasar.
Tidak ada hambatan
untuk masuk atau keluar dari pasar, baik dari perusahaan maupun sumber-sumber
daya yang digunakannya. Karakteristik ini merupakan bagian dari struktur pasar.
- Pengetahua
yang sempurna dari pembeli dan penjual.
Pembeli maupun penjual
diasumsikan memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai kondisi pasar.
informasi dapat diperoleh secara cuma-cuma.
2.
Ekuilibrium Usaha Koperasi dalam Persaingan Sempurna
2.1 Tujuan-tujuan
Usaha Koperasi
- Memaksimalkan
laba
Perusahaan berada
dalam kondisi ekuilibrium ketika ia memaksimalkan laba yang didefinisikan
sebagai perbedaan antara total cost (TC) dan total revenue (TR).
- Maksimisasi
Output
Kondisi akan terwujud
jika average cost (AC) = average revenue (AR).
Harganya menjadi P = AC = AR.
- Maksimisasi
Average Cost
Memberikan pelayanan
kepada anggota dengan tingkat harga yang serendah-rendahnya.
- Kompetitif
Ekuilibrium
Koperasi berperilaku
seperti halnya ia berada di dalam struktur pasar yang kompetitif. Dalam
persaingan sempurna, ekuilibrium akan diperoleh jika MC = P = AC.
- Maksimisasi
SHU/Dividend (Patronage Refund)
Jika koperasi
bertujuan untuk memaksimumkan SHU yang dapat didistribusikan kepada anggotannya
koperasi tersebut harus memproduksi output yang merupakan hasil terbesar dari
perbedaan harga yang akan dibebankan dengan rata-rata biaya produksinya.
2.2 Kinerja
Jangka Pendek Koperasi
Suatu
koperasi yang menjual barang atau jasa secara seceran kepada anggotanya
memasuki suatu pasar dengan struktur pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin
berhasil, maka ia harus memberikan paling sendikit manfaat yang sama dengan
pasar bagi para anggotannya.
Dalam
analisis kinerja komperatif jangka pendek koperasi dalam suatu pasar persaingan
sempurna akan dibedakan kembali kasus-kasus kemampuan koperasi dengan tingkat
yang sama, lebih rendah serta lebih tinggi.
Kasus 1: Kemampuan
koperasi sama dengan kemampuan manjerial pesaingnya
Dalam
persaingan sempurna, suatu koperasi tidak mempunyai kendala atas harga pasar.
kurva permintaan koperasi akan sangae elastis, ia dapat menjual sebanyak mungkin
atau sedikit mungkin output sebagaimana yang dikehendakinya tanpa mampu
mempengaruhi harga.
Sesuai dengan kaidah AC=MR=harga (dalam pasar persaingan sempurna),
satu-satunya perbedaan antara perusahaan biasa dengan koperasi adalah koperasi
akan menyediakan jumlah lebih banyak untuk harga yang sama, bila dibandingkan
dengan perusahaan biasa. Oleh karena itu, dalam jangka pendek keputusan untuk
membeli dari koperasi tidak memiliki keunggulan dibandingkan dengan membeli
dipasar.
Kasus 2: Koperasi
dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah daripada pesaing.
Dalam kondisi seperti ini koperasi tidak dapat meningkatkan harga di atas harga
pasar dengan artian bahwa koperasi menjual barangnya dibawah harga pasar
sehingga koperasi akan mengalami kerugian yang harus ditanggung oleh anggota
atau pihak luar. Kesenjangan kemampuan tersebut sangat signifikan terutama pada
fase awal dari kelahiran koperasi. Pada saat itu manajemen mungkin masih belum
berpengalaman atau manajemen yang baik sulit untuk diajak berkecimpung dalam
koperasi. Beberapa koperasi dapat melalui masa-masa sulit tersebut dengan
mempekerjakan manajer kehormatan (tidak dibayar menurut atau gaji pasar). Dalam
jangka pendek, koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dapat
bertahan, sepanjang ia dapat menghindari kerugian produksi. Koperasi dapat
menjual produk yang homogen pada tingkat harga yang sama seperti para pemasok
non-koperasi, bahka jika jumlah produk yang dipasok, lebih sedikit.
Kasus 3: Koperasi
dengan kemampuan manajerial yang lebih tinggi daripada pesaing.
Suatu koperasi dengan tingkat persaingan yang lebih tinggi dapat memproduksi
output tertentu dengan biaya yang lebih rendah daripada pesaingnya.
Satu-satunya perubahan yang terjadi (bila dibandingkan dengan kasus yang telah
dikajikan sebelumnya) adalah tingkat produksi yang lebih tinggi.
Sebagai
kesimpulan, dalam persaingan sempurna jangka pendek, koperasi tidak berfungsi
karena tidak memiliki keunggulan koperatif dalam memajukan anggotanya.
2.3 Kineja
Jangka Panjang Koperasi
Dalam
jangka panjang, koperasi hanya menggunakan faktor-faktor variabel produksi,
maka ia dapat mengubah kapasitas produksinya, dalam analisis kerja komperatif
jangka panjang koperasi dalam suatu pasar persaingan sempurna, akan dibedakan
kembali kasus-kasus kemampuan koperasi dengan tingkat yang sama, lebih rendah
serta lebih tinggi.
Kasus 1 : Koperasi
dengan kemampuan manajerial yang sama dengan kemampuan pesaing.
Dalam
jangka panjang, harga dalam pasar persaingan sempurna akan sama dengan biaya
produksi rata-rata minimumnya. Tidak ada perbedaan baik dalam harga maupun
kuantitas barang yang dijual koperasi maupun perusahaan non-koperasi yang
memeksimalkan keuntungan. Namun dalam jangka pendek, koperasi akan mampu
menghasilkan out put lebih banyak dengan harga yang sama. Kaidah harga ini
berlaku bagi seluruh partisipan pasar.
Kasus 2 : Koperasi
dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dari pada pesaing.
Jika
koperasi yang memiliki kemampuan lebih rendah (berarti biaya lebih tinggi),
dalam jangka panjang, koperasi ini mungkin tidak dapat bertahan. Karena
koperasi hanya merupakan pemain kecil yang tidak mampu mempengaruhi harga
pasar, ia tidak dapat meminta anggotanya untuk membayar lebih mahal dari harga
pesaing. Dengan struktur biaya yang lebih tinggi, koperasi akan menderita
kerugian. Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan lebih rendah dapat
bersaing dibawah kondisi-kondisi tertentu, namun hal ini sulit terjadi dalam
jangka panjang. Kematian ekonomi dari
suatu koperasi tak dapat terelakkan. Koperasi dengan kemampuan rendah mungkin
dapat bertahan untuk jangka waktu tertentu karena tertolong oleh antusiasme dan
kesetiaan anggota mereka. Jika manfaat bagi anggota tidak didahulukan, maka
kesetiaan anggota akan turun. Bila ini terjadi koperasi akan lenyap kecuali ia
mampu menekan biaya atau meningkatkan kemampuan manajerialnya.
Kasus 3 : Koperasi
dengan kemampuan manajerial yang lebih tinggi.
Koperasi
dengan kemampuan manajerial lebih tinggi dapat melebihi pesaingnya melalui dua
strategi:
- Menyediakan
barang dengan harga yang lebih rendah.
- Memberikan
harga yang sama dengan pesaing kemudian membagi SHU kepada anggota.
Koperasi
dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam jangka panjang hanya jika
ia berhasil mengurangi biaya terus-menerus pada tingkat yang lebih cepat
dibandingkan dengan para pesaingnya. Hal ini membutuhkan keunggulan kompetensi
koperasi yang sifatnya permanen.
Kesimpulan :
Jika
suatu koperasi memiliki kemampuan manajerial lebih rendah dari pada perusahaan
biasa (yang lebih sering terjadi), maka koperasi tidak akan berhasil dalam
persaingan. Untuk memberikan anggotanya pelayanan yang lebih baik dibandingkan
dengan yang tersedia dipasar, suatau koperasi memerlukan kemampuan yang lebih
tinggi, bisa melalui penekanan biaya (inovasi dalam teknologi) maupun melalui
produk yang lebih baik (inovasi produk).
Dalam
pasar persaingan sempurna, koperasi harus memiliki kemampuan inovatif superior
sekalipun dalam jangka pendek, saat koperasi ingin memberikan keunggulan
ekonomis yang lebih tinggi bagi para anggotanya dibandingkan dengan para
pesaingnya. Ini merupakan tuntutan berat yang tidak mampu dipenuhi oleh
sebagian besar koperasi.
Dalam
jangka panjang, (dengan asumsi masuk dan keluar yang bebas dari pasar),
diperkirakan bahwa keunggulan persaingan koperasi yang tercipta oleh inovasi,
akan tersaingi oleh pesaing. Dengan demikian, dalam jangka panjang koperasi
juga tidak memiliki keunngulan khusus.
Pengecualian
terjadi jika koperasi dapat meningkatkan kemampuan inovatifnya secara lebih
cepat dibandingkan dengan para pesaing. Baru kemudian koperasi mampu
memperkenalkan secara berkesinambungan inovasi-inovasinya pada tingkat yang
lebih cepat dari para pesaingnya baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Kondisi seperti ini lebih sulit dicapai oleh koperasi-koperasi di
negara berkembang.
Pakar
teori koperasi, Ohm, sehubungan dengan itu menyimpulkan bahwa dalam persaingan
sempurna, koperasi menjadi tidak berfungsi karena tidak dapat memberikan
keunggulan yang belum atau tidak disediakan oleh pesaing.
D.
Kinerja Koperasi dalam Persaingan tidak sempurna
1.
Definisi
Persaingan
tidak sempurna memiliki karakteristik yang serupa dengan struktur pasar
persaingan sempurna (terdapat banyak pembeli dan penjual) dengan
perkecualian bahwa setiap pemasok juga merupakan monopolis kecil (pesaingan
monopolistik kelompok besar). Model persaingan tidak sempurna atau monopolistik
ini telah diperkenalkan secara serempak oleh beberapa penulis (1930) yang tidak
puas dengan kekuatan prediktif dan penjelasan dari model persaingan. Persaingan
sempurna gagal menjelaskan dan memprediksi perilaku dalam beberapa situasi
kelompok besar yang ditandai dengan oleh periklanan, perbedaan produk dan
diskriminasi harga. Seluruh kegiatan tidak mungkin yang terjadi dalam
persaingan sempurna.
Asumsi
yang menjadi dasar dari model persaingan monopolistik secara esensial sama
dengan persaingan sempurna kecuali dalam hal homogenitas produk. Dalam
persaingan tidak sempurna para penjual bersaing melalui deferensiasi produk.
Diferensiasi ini berasal dari perbedaan kualitas, periklanan, lokasi penjualan,
kemasan dan lain-lain. Setiap perusahaan berupaya agar produknya berbeda dengan
produk yang dijual oleh produk produsen lain. Menurut beberapa ahli ekonomi
struktur pasar ini secara empiris paling relevan. Satu hal yang membedakannya
dari situasi persaingan sempurna adalah adanya heterogenitas produk sehingga
masing-masing penjual dapat berperilaku sebagai monopolis kecil. Saat penjual
mengubah harganya, tidak akan ada perpindahan total konsumen. Kurva
permintaannya pun tidak akan horizontal melainkan menurun, menandakan
elastisitas permintaan yang kurang sempurna.
2.
Analisis Jangka Pendek
Karena
dalam persaingan monopolistik setiap pemasok merupakan monopolis kecil, maka
kurva permintaannya tidak elastis sempurna seperti dalam pasar persaingan
sempurna. Jadi perusahaan memiliki kekuatan untuk menentukan harga, terutama
jika tidak banyak perusahaan yang menjadi monopolis. Oleh karena itu kurva
permintaannya akan lebih menurun lagi. Semakin besar jumlah perusahaan dan
semakin sedikit perbedaan produknya maka semakin elastis kurva permintaan tiap
perusahaan. Suatu perusahaan dalam struktur persaingan tidak sempurna
akan mengoptimalkan laba dengan memproduksi kuantitas.
Kasus 1: Kemampuan
koperasi sama dengan pesaing lain
Suatu
koperasi yang bertujuan memaksimalkan laba akan beroperasi pada MC=MR dengan
harga dan kuantitas. Jika koperasi ingin menyediakan anggotanya dengan
produk rata-rata serendah mungkin, koperasi akan memproduksi kuantitas
dengan harga. Karena terdapat laba yang cukup besar pada SHU (patronage refund)
dapat dibagikan.
Sebagaimana
yang dibahs pada situasi serupa dalam persaingan sempurna, keputusan untuk
berproduksi pada tingkat biaya rata-rata serendah mungkin, tidak akan
menghasilkan kondisi yang stabil/ekuilibrium. Para anggota baru akan masuk dan
atau anggota lama akan mendorong untuk meningkatkan produksi (menjual sebagian
dari peningkatan output dengan harga pasar yang lebih tinggi). Solusi
kompetitif (competitive solution) akan tercapai saat MC=AR.
Keputusan
apa yang dianggap optimal ? dan strategi harga apa yang sebenarnya akan
dilakukan ? pertanyaan ini sulit untuk dijawab secara umum, karena hal
ini tergantung pada distribusi kekuatan dan pola pertisiapasi dalam koperasi
yang bersangkutan. Jika manajemen memiliki kewenangan untuk memilih mereka
mungkin akan lebih memilih harga yang dapat memberikan laba untuk ditanamkan
kembali dan mengembangkan usahanya.
Kesimpulan
dalam jangka pendek koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaing, dapat
memberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan
pasar.
Manfaat
jangka pendek tambahan diperoleh jika pelayanan yang dijual merupakan sesuatu
yang baru bagi anggota (misalnya pupuk di negara berkembang). Karena
penghapusan efek monopoli koperasi tidak hanya menjual barang dengan harga
murah tetapi juga dengan jumlah yang banyak, dalam hal ini input yang baru.
Dengan demikian inovasi yang dilakukan akan menjadi lebih mudah dan
menguntungkan
Kasus 2: Koperasi
dengan kemampuan yang lebih rendah
Apabila kemampuan manajerial koperasi lebih rendah daripada perusahaan swasta,
koperasi masih akan mampu menyediakan pelayanan yang lebih baik bagi anggota
sepanjang kurva biaya rata-rata memotong fungsi permintaan pada titik lebih
rendah dari harga yang diminta oleh perusahaan swasta. Bahkan dalam jangka
pendek pun, kesenjangan kemampuan ini tidak akan mampu mengahalngi keunggulan
komparatif koperasi.
3.
Analisis Jangka Panjang
Kasus 1. Kemampuan
sama
Sekalipun
koperasi dalam persaingan tidak sempurna dapat menghasilkan laba, bukan berarti
ia mampu menyaingi laba swasta. Pangsa pasar koperasi terlalu kecil untuk dapat
memberikan dampak langsung pada penjual lainnya. Keuntungan pribadi (private
profit) ini akan menraik pemain baru untuk memasuki pasar. Akibatnya kurva
permintaan sedikit demi sedikit akan bergeser ke kiri. Pesaing baru tidak akan
masuk lagi ketika seluruh laba telah habis. Ekuilibrium jangka panjang inilah
yang digambarkan Chamberlain dalam solusi yang dikenal dengan tangency
Pada
ekuilibrium jangka panjang, kurva permintaan akan merupakan tangen bagi kurva
biaya rat-rata. Seluruh laba akan hilang atau habis. Hasil yang mengejutkan
adalah bahwa dalam jangka panjang perusahaan swasta akan mengikuti kaidah harga
yang sama dengan koperasi. Dalam jangka panjang tampaknya koperasi tidak dapat
memberi keuntungan tambahan bagi para anggota. Situasi yang sama juga akan
terjadi seperti pada persaingan sempurna jangka pendek. Koperasi kembali
menjadi tidak berfungsi.
Harus
diingat bahwa dalam jangka panjang pemilihan harga oleh koperasi memiliki
keterbatasan. Koperasi tidak dapat beroperasi ketika LRAC (biaya rata-rata
jangka panjang)nya minimal, maupun ketika LRMC (biaya marginal jangka
panjang)nya memotong kurva AR (pendapatan rata-rata) karena kedua kondisi ini
akan menyebabkan kerugian.
Kasus 2 : Kemampuan
Lebih Rendah
Lebih
sulit menelaah koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah pada persaingan
monopolistik. Ketika fungsi permintaan sama bagi semua pelaku pasar
produsen yang berbiaya tinggi tidak akan mampu bersaing karena fungsi
permintaannya akan lebih rendah daripada jangka panjangnya. Koperasi akan
berproduksi dalam keadaan merugi.
Setiap
produsen juga merupakan monopolis kecil. Ia dapat mempengaruhi kurva
permintaannya sendiri misalnya melalui iklan dan promosi penjualan. Jika
koperasi lebih baik dalam pemasaran dibandingkan pesaingnya maka kelebihannya
ini dapat menjadi kompensasi bagi kelemahannya dari sisi biaya. (disadvantages)
sampai pada titik tertentu.
Akan
tetapi jika kemampuannya lebih rendah ini meluas mulai dari produksi sampai
dari pemasaran koperasi tersebut tidak akan bersaing dalam jangka panjang.
Kesimpulan
dari analisis diatas sama dengan kesimpulan pada pasar persaingan sempurna.
Jika beralih dari jangka pendek koperasi cenderung lenyap. Koperasi akan
memerlukan tingkat kemampuan yang sama sebagaimana pesaingnya untuk dapat
bertahan. Akan tetapi kesimpulan ini berlaku hanya bagi koperasi yang menjual
produk kepada anggotanya sendiri.(koperasi pembelian)
Argumen
berikut serring ditemukan pada literatur koperasi- anggota tidak tertarik pada
deferensiasi produk atau anggota dapat di didik untuk dapat memilih
produk-produk sederhana seperti pembayaran tunai daripada kredit, tidak ada
jasa pengiriman, pengepakan sederhana, tidak ada iklan dan lain-lain.
Konsekuensinya koperasi akan mampu mengurangi biaya kemudian mampu
mempertahankan keunggulannya bahkan dalam jangka panjang.
Muncul
dua argumen yang bertolak belakang. Pertama jika pelanggan benar-benar tertarik
pada produk tanpa deferensiasi (non differentiated products ) bukankah perusahaan-perusahaan
swasta pun mampu menjual-menjual produk semacam itu ? berlaku tidaknya argumen
ini merupakan pertanyaan empiris. Apakah pelanggan akan mengatakan apa yang
diinginkannya atau mereka harus dididik atau ditekan oleh manajemen koperasi ?
pedagang mungkin tidak akan tertarik jika volume-volume penjualan produk-produk
ini terlalu rendah. Di pihak lain mungkin koperasi berhasil menarik banyak atau
seluruh pembeli yang lebih memilih produk sederhana.
Kedua,
para pemakai input mungkin terikat pada pemasok bukan hanya karena mereka
pemasok input tertentu saja, tetapi juga karena mereka menyediakan
pelayanan-pelayanan alainnya (interlocking services). Mungkin tidak mudah bagi
koperasi untuk merebut pangsa pasar walaupun ia mampu menyediakan input tersebut
denagn harga lebih rendah tanpa menyertakan pelayanan lainnya.
Kesimpulan
dari pembahsan ini adalah dibandingkan dengan pasar persaingan sempurna
koperasi dalam persaingan monopolistik setidaknya memiliki keunggulan kinerja
jangka pendek jika kesenjangan kemampuannya tidak terlalu besar. Hal ini
memberikan kesempatan bagi koperasi untuk membangun kemampuan manajerialnya
agar dapat bersaing secara lebih baik dalam jangka panjang, dengan pengecualian
bahwa koperasi dengan kemampuannya lebih rendah akan lebih sulit untuk
bertahan.
E. Koperasi
dalam Pasar Oligopoli
1.
Definisi dan Asumsi
Persaingan
di antara bebrapa anggota penjual (oligopoli) berbeda dari persaingan di antara
banyak angota (persaingan sempurna dan tidak sempurna) karena telalu sedikitnya
anggota, akan menghasilkan ketergantungan alam pengambilan keputusan. Jika
seorang penjual mengurangi harga produknya, penjual lain akan segera kehilangan
pangsa pasarnya bila tidak bertindak serupa. Untuk alasan ini, dalam pasar
oligopoli sering di temukan kordinasi harga untuk mencegah perang harga yang
merugikan maupun persaingan non-harga.Dalam struktur pasar yang ditandai oleh
sedikitnya jumlah perusahaan, masing-masing oligopolis memformulasikan
kebijakaanya dengan selalu memperhatikan pengaruhnya bagi para pesaing.
Terdapat
banyak sekali penjelasan teoritis mengenai oligopoli yang merupakan hasil
langsung dari perbedaan fenomena oligopoli itu sendiri. Asumsi yang menyatukan
hampir seluruh model oligopoli adalah bahwa jumlah penjual di pasar hanya
sedikit, sehingga mereka menyadari adanya saling ketergantungan atas
kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka. Seorang penjual menyadari bahwa
tindakannya akan mempengaruhi penjual lainnya dan bahwa penjual lain pun akan
bereaksi atas tindakan tersebut. Tipe dan waktu reaksi ini sering kali tidak
dapat diprediksi sebelumnya.
2.
Strategi Harga Koperasi
Strategi
dasar koperasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu penggunaan faktor harga
sebagai parameter tindakan dan penggunaan faktor non-harga melalui pengurangan
biaya diferensiasi produk, kualitas dan lain-lain. Dengan kebijakan harga yang
aktif, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi para pesaingnya untuk
menyingkirkan koperasi yang baru masuk. Jika pesaing dapat dengan mudah
melenyapkan pihak luar dan membuat luar bergantung pada bantuan luar untuk
bertahan hidup.
Faktor-faktor
yang menyebabkan pesaing oligopolistik akan memulai perang harga untuk
menyingkirkan koperasi jika produknya sejenis adalah:
- Selisih
biaya (keunggulan biaya) koperasi.
- Posisi
likuiditas para pelaku pasar.
- Kesediaan
anggota untuk membiayai kerugian yang mungkin terjadi (tingkat kesetiaan
anggota).
Untuk
menelaah pengaruh koperasi, asumsikan bahwa sebelum masuknya koperasi para
oligopolis berkolusi untuk memaksimalkan laba mereka. Bukannya bersaing harga,
mereka malah secara diam-diam mengkordinasikan harga untuk mempertahankan laba
mereka diatas tingkat persingan. Jika hal tersebut terjadi maka koperasi harus
tanggap dengan tindakan pesaing. Jika mereka menurunkan harga dibawah harga
pasar maka koperasi harus mengikuti penurunan harga seperti yang mereka lakukan.
2.1
Pemotongan harga yang mematikan.
Biasanya,
koperasi akan menjadi pendatang baru pada suatu pasar, sedangkan
perusahaan-perusahaan lainnya merupakan perusahaan-perusahaan yang telah maju,
yang sejak beberapa tahun lamanya mampu mengakumulasi profit dan
likuiditas melalui kolusi (ataupun pemimpin harga).
Apa
yang dilakukan pada pesaing koperasi? Mereka dapat menanggapi kebijakan harga
koperasi dengan melakukan pemotongan harga yang mematikan yaitu menjual produk
pada harga dibawah rata-rata total atau biaya langsung. Kerugian dapat ditutup
dari laba monopoli yang terakumulasi ketika harga masih tinggi (ketika koperasi
masih belum memasuki pasar).
Tetapi, karena
koperasi tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup, ia dapat disingkirkan
dari pasar sehingga harga dapat meningkat kembali, serta kerugian sementara
tadi dapat diganti oleh laba diatas normal (monopolistik) lagi. Efek koperasi
atas kebijakan harga aktiv akan bernilai nol.
2.2
Kepemimpinan harga (price leadership)
Kesimpulan
sejauh ini adalah bahkan sekalipun kemampuan manajerial koperasi tidak memiliki
yang lebih rendah, akan lebih baik jika koperasi menggunakan ‘ senjata’ harga
secara hati-hati agar bisa bertahan dalam persaingan-mengingat bahwa dalam
oligopoli pemotongan harga dapat dengan mudah lepas kendali
Salah
satu cara untuk mencegah perang harga yang merusak koperasi adalah dengan
‘mengikuti pemimpin (harga) ‘ dalam menjual kepemimpinan harga sebanarnya
adalah bentuk lain dari kolusi. Hal itu terjadi bila perubahan harga dari suatu
perusahaan diikuti oleh perusahaan lainnya. Terdapat beberapa bentuk
kepemimpinan harga :
- Kepemimpinan
oleh perusahaan berbiaya rendah.
- Kepemimpinan
oleh perusahaan besar (dominan)
- Kepemimpinan
harga barometrik
Mengikuti
harga merupakan strategi yang rasional bagi koperasi, jika koperasi tersebut
kecil atau memasuki pasar dengan biaya awal lebih tinggi, oleh karena itu
secara de facto wajib mengikuti pemimpin yang sudah mapan. Bagi sebagian besar
koperasi, hal ini merupakan asumsi yang realistis.
2.3
Hambatan masuk (barriers to entry) bagi koperasi
Banyak
perusahaan yang telah lebih dulu ada mungkin tidak menganggap koperasi sebagai
tantangan serius. Hambatan masuk yang sebenarnya ditujukan bagi perusahaan non
koperasi, secara tidak sengaja juga akan menghambat masuknya koperasi.
Oligopoli
mengasumsikan pembatasan atas masuknya pendatang baru. Tanpa hambatan masuk,
para pesaing baru akan memasuki pasar dan industri akan cenderung mendekati
persaingan sempurna (dengan produk-produk sejenis atau homogen) atau persaingan
tidak sempurna (produk-produk tidak sejenis atau heterogen)
Hambatan masuk bagi
perusahaan-perusahaan baru ke dalam struktur pasar oligopoli atau pasar
monopolistik terdiri atas beberapa bentuk :
- Sangsi
hukum pemerintah (paten,kuota,hal monopoli, waralaba atau franchise)
- Diferensiasi
produk
- Kurangnya
modal maupun pengetahuan, teknologi (kemampuan manajerial yang lebih
tinggi merupakan hambatan masuk)
- Keterbatasan
permintaan pasar dan skala ekonomi (hanya satu/beberapa perusahaan saja
yang mungkin mampu menghasilkan laba dalam pasar yang terbatas).
- Pembatasan
harga
Bagi
koperasi, tiga bentuk terakhir mungkin merupakan hambatan paling serius untuk
memasuki pasar oligopoli (atau monopoli). Karena kurangnya modal dan/ atau rendahnya
kemampuan teknologi dan manajerial (keahlian, pengetahuan teknis maupun
pengalaman), maka kurva biaya koperasi yang memasuki pasar akan berada di atas
kurva biaya perusahaan yang sudah mapan. Oleh karena itu, potensi masuknya
koperasi tidak akan dianggap serius oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
3. Hambatan Masuk
dan Integrasi Vertikal Koperasi
Telah
dibahas sebelumnya bahwa ‘’kerjasama vertiakal‘’ merupakan aspek sentral bagi
koperasi yang umumnya dijumpai. Jika dilihat dari perusahaan-perusahaan mapan,
maka koperasi pembelian akan ‘’berintegrasi ke hulu’’ ke arah operasi yang
lebih awal, sedangkan pemasaran akan ‘’berintegrasi ke hilir’’ menuju ke arah
konsumen.
Masuknya sebuah koperasi dapat dianggap sebagai integrasi
vertikal yang terkoordinasi secara koperasi oleh perusahaan (anggota) yang
mapan.
Keunggulan potensial yang dimiliki oleh koperasi baru
dibandingkan dengan perusahaan baru lain pada tingkat pasar yang sama (misalnya
menjual input pada petani ), dapat terlahir dari identias pemilik jasa koperasi
4.
Oligopoli dan monopoli alami
Dengan
teknologi produksi saat ini, maka terdapat hanya beberapa atau bahkan hanya
satu pemasok yang dapat memproduksi secara efisien. yang terjadi adalah sebagai
berikut
- Jika
produksi sudah mencapai skala ekonomi, biaya rata-rata dan biaya marginal
produksi akan turun sejalan dengan peningkatan output.
- Permintaan
terlalu rendah untuk dapat menghasilkan laba ekonomi yang positif.
Dalam
literatur, kasus terakhir ini dianggap sebagai ‘’monopoli alami’’ (natural
monopoly) yang berbed dari ’monopoli buatan’’ (artificial monopoly). Monopoli
buatan disebabkan oleh hambatan masuk buatan, terutama hambatan hukum (misalnya
produsen obat-obatan yang memiliki hak paten). Sedangkan monopoli alami
merupakan hasil dari hambatan teknologi ‘’alami’’.
Dalam
situasi monopoli alami, monopolis atau oligopolis akan mampu membebankan harga
tinggi bagi produknya. Pendatang baru dihalangi atau tidak mungkin masuk karena
keterbatasan pasar. beberapa pengarang melihat bahwa dalam monopoli alami
inilah terdapat inti dari keunggulan komparatif koperasi.
Dapatkah
koperasi berperan dalam situasi monopoli alami? Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan jika kperasi yang masuk ke pasar itu ingin menggantikan
monopoli, maka ia harus memiliki keunggulan tambahan:
- Koperasi
mempunyai teknologo lebih baik dari perusahaan yang digantikan.
- Koperasi
menghasilkan produk/jasa yang lebih baik.
- Koperasi
mewujudkan keunggulan gaya transaksi lainnya.
- Koperasi
memiliki akses yang lebih baik ke kekuasaan politis demi mendapatkan
kekuatan hukum untuk menyingkirkan monopolis.
Menghadapi tantangan
koperasi yang mematikan tersebut, monopolis tentu saja akan memberikan
perlawanan balik dengan memperkenalkan inovasinya sendiri:
Memperkenalkan
teknologi produksi baru yang memungkinkan untuk menghasilkan produk lama dapat
memberi keuntungan pada tingkat permintaan yang lebih kecil. Meningkatkan
kualitas produk yang ditawarkan.
Keberhasilan koperasi
akan sangat bergantung pada:
- Kemampuan
inovasi koperasi
- Faktor-faktor
yang belum ditentukan (seperti biaya transaksi atau pengurangan
ketidakpastian).
Kesimpulan
dari pembahasan ini adalah bahwa pada kasus monopoli atau oligopoli
alami, selama pasar terbuka bagi pendatang baru atau tidak ada hambatan masuk
yang bermotif politik maupun hukum lainnya, maka masuknya koperasi ke dalam
pasar seperti itu tidak dapat memberikan keunggulan tambahan.
Oleh
karena itu, yang perlu dicari adalah penyebab keunggulan koperasi yang berada
diluar argumen teori harga tradisional. Hal ini harus atau hanya dapat menjadi
keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh organisasi non-kpoerasi yaiytu
faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan aspek koperasi dari suatu
organisasi. Sebagai contoh jika suatu monopolis alami ditantang oleh koperasi
yang memberikan pelayanan yang lebih baik, monopolis tersebut tidak dapat
meniru, karena akan mampu menirunya monopolis tersebut harus menjadi koperasi
terlebih dahulu.
F.
Kinerja Koperasi dalam Pasar Monopoli
1. Masuknya
Koperasi ke dalam Pasar Monopoli
Monopolis murni/sejati merupakan satu-satunya penjual dalam suatu pasar. Ketik
suatu perusahaan merupakan satu-satunya penjual dalam suatu pasar, maka secara
realistis perusahaan tersebut memiliki kekuatan atas produk, harga dan
jumlahnya di pasar.
Akan tetapi, ketika berbicara monopoli sejati, selalu mengacu kepada situasi di
mana hanya terdapat satu penjual di pasar. Tidak ada produk yang siap menjadi
substitusi/pengganti atas produk monopolis, serta tidak ada ancaman yang cukup
berarti atas masuknya perusahaan baru.
Asumsi-asumsi dasar mengenai monopoli sejati adalah sebagai berikut:
- Terdapat
hanya satu penjual/pembeli di pasar bagi produk tertentu.
- Penjual
tunggal tersebut memproduksi produk yang tidak memiliki
substitusi/pengganti yang siap dipasar.
- Terdapat
hambatan masuk yang besar di mana yang terpenting berupa hambatan hukum
atau keunggulan bersaing.
Jika
koperasi menghadapi monopolis, koperasi mampu mengambil laba monopoli dengan
mengikuti kaidah harga “optimal” nya. Jika monopolis menyerang balik, maka yang
terjadi situasi oligopoli dengan logika yang sama. Yang membuat kasus monopoli
menarik adalah keunggulan potensialnya paling besar dalam struktur pasar bagi
anggota koperasi.
Akan
tetapi, untuk memperoleh hasil ini, harus diasumsikan bahwa hambatan masuk yang
dipasang oleh monopolis untuk melindungi posisi pasarnya dapat diatasi
koperasi. Hal ini akan merusak asumsi sentral dari teori monopoli, yaitu dengan
masuknya perusahaan tambahan, maka pasar berubah dari monopoli menjadi
oligopoli.
Seandainya
koperasi mampu memasuki pasar , maka menurut Bauer et al., posisi monopoli akan
bisa “diperebutkan” (contestable). Konsekuensinya, monopolis akan
mengurangi harga (paling tidak untuk jangka waktu tertentu), sehingga pesaing
menjadi tidak tertarik untuk memasuki pasar.
Di
lain pihak, jika hambatan dapat mencegah perusahaan non-koperasi bersaing
dengan monopolis yang ada, maka hambatan yang sama akan berlaku pada koperasi.
Tidak ada hal yang dapat dilakukan oleh koperasi yang belum pernah dilakukan
oleh perusahaan lain sebelumnya (Bonus, 1986, 314).
Jika
koperasi tidak mampu memasuki pasar, maka monopolis akan bisa menjaga
kekuasaannya. Kebijakan yang tepat adalah menghapus segala bentuk hambatan
masuk buatan (artificial) sebagai respons atas situasi tarakhir.
2. Persaingan
Potensial dan Koperasi
Merangkum pembahasan
monopoli dan oligopoli, terdapat beberapa hal penting:
- Struktur
pasar monopolistik dan oligopolistik membebankan harga yang lebih
tinggi dari biaya marginal, MC, yang dapat diartikan sebagai “kegagalan
pasar” (market failure). Kegagalan pasar ini dapat diperbaiki
dengan masuknya koperasi. Akan tetapi, sebagaimana yang telah dibahas
sebelumnya, ini adalah hal yang problematis.
jika pelaku pasar dapat mewujudkan selisih positif dari pendapatan atas biaya, maka pada saat yang sama, peluang laba bagi pendatang baru pun akan tercipta.
- Mengapa
peluang laba pada pin di atas tidak dieksploitasi?
a)
Masuknya pesaing ke
dalam pasar tidaklah bebas karena adanya hambatan-hambatan hukum, politik dan
ekonomi (rent-seeking behaviour of political enterpreneurs). Kebijakan
yang dapat mengatasi masalah ini bisa berupa perubahan atau penghapusan hak-hak
hukum yang mendukung kekuatan monopoli.
b)
terdapat
kesenjangan kemampuan antara pelaku pasar dengan pendatang baru.
Kesenjangan ini mencegah pesaing masuk dan melakukan peniruan. Situasi ini
sangat mirip dengan masalah”monopolis-inovator” menurut Schumpter, biaya
“sewa” (rent) monopoli dapat diinternalisasikan karena kemampuan
inovasi, teknologi dan kewirausahaannya yang lebih tinggi.
c)
Biaya/hambatan masuk
sangat tinggi. Bagian yang cukup besar dari perbedaan biaya ini adalah
kemampuan kewirausahaan (enterppreneurial ability).
d)
Biaya transaksi untuk
mengeksploitasi peluang laba, terlalu tinggi. Telah diasumsikan bahwa biaya
transaksi nol. Tetapi jika biaya transaksi positif, maka serangkaian argumen
baru bisa diterapkan.
- Perilaku
oligopolis dan monopolis sangat tergantung pada biaya yang dibutuhkan
untuk masuk ke pasar. Jika biaya atau hambatan masuk rendah, maka
dalam jangka panjang, pasar oligopoli dan monopoli tidak akan menyimpang
jauh dari pasar persaingan sempurna. Tekanan persaingan dari pendatang
potensial merupakan hambatan besar atas perilaku perusahaan yang berada di
pasar. Ketika masuk/keluar pasar adalah bebas (tak ada batasan secara
hukum) dan biaya masuk/keluar rendah (tidah ada kesenjangan kemampuan
antara perusahaan di dalam dan di luar pasar), maka oligopolis dan
monopolis mungkin mampu mencegah masuknya pesaing. hal ini juga kan
menghalangi masuknya koperasi.
a) Mengingat relevansi teori
kinerja structure-conduct, maka penentu perilaku perilaku
struktur pasar menjadi kurang relevan dalam persaingan potensial. Faktor-faktor
penting bagi masuknya koperasi dan keberhasilan pasar kurang berkaitan denga
pangsa pasar maupun jumlah perusahaan, melainkan lebih berkaitan dengan biaya
masuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif setelah
masuknya perusahaan dalam pasar.
jika biaya masuk rendah dan tidak terdapat hambatan hukum dalam keluar/masuknya perusahaan ke pasar; maka keunggulan koperasi potensial akan kurang berkaitan dengan variabel-variabel struktur pasar (entah itu pasar persaingan sempurna, tidak sempurna oligopoli atau monopli). Hal yang lebih penting adalah biaya khusus yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru.
jika biaya masuk rendah, maka keunggulan tambahan bagi anggota koperasi yang masuk ke pasar akan sulit terwujud karena:
jika biaya masuk rendah dan tidak terdapat hambatan hukum dalam keluar/masuknya perusahaan ke pasar; maka keunggulan koperasi potensial akan kurang berkaitan dengan variabel-variabel struktur pasar (entah itu pasar persaingan sempurna, tidak sempurna oligopoli atau monopli). Hal yang lebih penting adalah biaya khusus yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru.
jika biaya masuk rendah, maka keunggulan tambahan bagi anggota koperasi yang masuk ke pasar akan sulit terwujud karena:
a.
Koperasi harus
memiliki kemampuan, inovasi lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang
berada di pasar untuk memberikan keunggulan khusus yang diperoleh dari
teknologi baru, metode-metode organisasional yang lebih baik maupun perbaikan
produk dan layanan.
b.
koperasi harus mampu
mengurangi biaya transaksi-lebih rendah dari biaya perusahaan yang berada di
pasar.
c.
Koperasi juga harus mampe
mewujudkan keunggulan lain yang tidak diberikan oleh organisasi lainnya.
Ini merupakan dilema
bagi koperasi karena:
a) Jika biaya masuk rendah, koperasi dapat
memasuki pasar, namun tanpa memberikan keunggulan tambahan bagi anggota.
b) jika biata masuk koperasi tinggi disebabkan
oleh kemampuan manajerial dan kewirausahaannya yang rendah, maka koperasi
tidak dapat memasuki pasar. Kembali tidak ada keunggulan koperasi khusus yang
dapat memperoleh keuntungan diatas (supra) normal untuk jangka waktu yang
lama, sampai pemai harus datang dan berhasil mengurangi kesenjangan
kemampuan tersebut.
Dalam kedua kasus
tersebut, koperasi tidak memperoleh apa-apa. Konsekuensinya, kita harus melihat
teori-teori, hipotesis dan variabel-variabel lainnya untuk menjelaskan penyebab
kinerja komparatif koperasi.
G.
Skala Ekonomi dan Kinerja Komparatif Koperasi
1.
Masalah dan Arti Skala Ekonomi
Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang memungkinkan suatu
perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih
rendah. Skala ekonomi lebih diartikan pada hubungan antara biaya rata-rata
dengan skala ekonomi.
Skala ekonomi
diperoleh dari dua hukum utama mengenai produksi:
- The law of Diminishing Return. Ini adalah hukum jangka pendek yang memiliki
hipotesis bahwa output tumbuh pada tingkat yang menurun dan akhirnya malah
akan benar-benar turun ketika suatu faktor/variabel input ditambahkan ke
variabel input lain yang jumlahnya tetap, baik secara kuantitas maupun
kualitas.
- Hukum
kedua menganggap bahwa seluruh input dalam proses produksi adalah
variabel. Hukum ini berhubungan dengan return to scaledan
menggambarkan hubungan antara input dengan output dalam jangka panjang:
perusahaan memiliki fleksibilitas penuh dalam menentukan karakter proses
produksinya.
Istilah
skala ekonomi mengacu pada hubungan antara biaya rata-rata per unit waktu
dengan skala perusahaan.Skala ekonomi riil memberikan keuntungan bersih (net
again) bagi masyarakat, karena skala ekonomi ini menghasilkan output
tertentu diproduksi dengan jumlah input lebih sedikit.
Dilain pihak, skala ekonomi finansial (pecuniary), tidak tergantung pada
efisiensi operasi. Hal ini sering merupakan hasil dari pemanfaatan kekuatan
monopoli maupun kekuatan monopsoni (pembeli tunggal) untuk menekan perusahaan
lain. Perilaku ini mengakibatkan pendistribusian kembali laba dari suatu
perusahaan kepada perusahaan lainnya. Jadi, skala ekonomi financial tidak dapat
dianggap sebagai suatu perbaikan dalam kesejahteraan ataupun efisiensi
masyarakat luas. Tentu saja perusahaan yang menikmati skala ekonomi ini dapat
meningkatkan keuntungannya. Tetapi keuntungan perusahaan ini bisa menjadi
kerugian bagi perusahaan laiinya sehinggamixed blessing dari
ekonomi secara keseluruhan.
2.
Skala Ekonomi dan Organisasi Koperasi
Jika koperasi beroperasi dengan kemampuan yang lebih rendah, maka biaya akan meningkat.
Dalam kasus ini koperasi dapat dengan mudah disingkirkan oleh perusahaan
swasta.
Koperasi dapat merealisasikan skala ekonomi, dalam kondisi tertentu. Akan
tetapi, di dalam kondisi lainnya, hasil yang berlawanan dapat terjadi.
Jika koperasi mampu merealisasikan skala ekonomi, hampir merupakan satu
pembuktian diri; akan tetapi terdapat keterbatasan khusus pada koperasi
(kemampuan manajemen mekanisme, pengawasan internal, biaya transaksi, dan
lain-lain yang sesungguhnya dapat membuat koperasi menjadi suatu lembaga yang
lebih mampu nntuk merealisasikan skala ekonomi internal, jika hal-hal tersebut
dapat ditingkatkan.
Skala ekonomi financial dapat terjadi sebagai berikut: dengan mengkombinasikan
kekuatan pasar dari para anggotanya suatu kerja sama mungkin mampu untuk
mencapai harga yang lebih baik di pasar, dibandingkan dengan jika para anggota
itu menjual dan membeli secara bebas. Hal ini benar-benar merupakan kasus:
- Jika
kerja sama berhasil dalam menekan profit perusahaan lainnya (yang menjual
atau membeli dari kerjasama) dalam kasus ini kerja sama bertindak sebagai
monopolis (sebagai orang “besar”) untuk mencapai suatu pertambahan
ekonomis dengan menggunakan kekuatan monopoli atau persaingan pengendalian
(restraining).
- Kasus
ke 2 mungkin dapat direalisasikan jika semakin tinggi volume
penjualan/pembelian suatu kerja sama, memungkinkan pembeli/penjual itu
sendiri merealisasikan pengurangan biayanya dan kemudian, paling tidak,
sebagian ditransfer bagi kerja sama tersebut. Dalam kasus ini, kerja sama
merupakan partisipasi secara tidak langsung dari skala ekonomi yang
direalisasikan oleh pihak lain.
BAB III
STUDI KASUS ANALISIS
A.
Koperasi Serba Usaha Setia Budi
Hasil
penelitian menunjukkan Kondisi biaya tetap Koperasi Serba Usaha Setia Budi
Wanita Malang selama periode 1994-2007 mengalami kenaikan dan penurunan tidak
menentu. Kenaikan dan penurunan ini disebabkan karena adanya beberapa biaya
yang mengalami kenaikan dan penurunan dan adanya faktor eksternal berupa kenaikan
harga serta karena adanya kebijakan manajemen (berupa disesuaikan dengan
kebutuhan). Sehingga berakibat pada perolehan sisa hasil usaha dan naik
turunnya titik impas. Begitu juga dengan kondisi biaya variabel koperasi
mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu. Semua ini disebabkan
karena adanya kenaikan dan penurunan biaya-biaya tertentu dan munculnya biaya
baru karena adanya kegiatan baru.
Untuk
Kondisi penjualan atau pendapatan cukup baik, meskipun pendapatan dari hasil
penjualan sempat mengalami penurunan pada tahun 1994 dan pada tahun 1998 yang
disebabkan karena turun pendapatan dari unit angkutan dan unit pertokoan karena
banyaknya pesaing yang muncul yang bergerak di bidang yang sama. Namun, pada
tahun sebelum dan sesudahnya pendapatan Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita
Malang selalu mengalami kenaikan. Sedangkan untuk margin of safety atau tingkat
keamanannya yaitu pendapatan selalu dapat melewati margin of safety sehingga
dapat dikatakan bahwa koperasi selalu memperoleh laba dalam menjalankan
usahanya. Berdasarkan pada Trend hasil pendapatan, biaya tetap, dan biaya
variabel yang harus dicapai Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita Malang pada
tahun selanjutnya yaitu tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa kenaikan biaya
variabel cenderung tajam melebihi kenaikan pendapatan dan biaya tetap.
Analisis masalah:
Biaya,
Volume, Laba pada koperasi sangat berperan dalam menentukan tugas manajemen,
yaitu merencanakan masa depan agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan
kesempatan di masa yang akan datang, di rencanakan dan diantisipasi sebaik
mungkin. Dari segi manajemen keuangan, untuk mengetahui posisi keuangan perlu
disusun laporan keuangan yang salah satu tujuannya adalah untuk merencanakan
kegiatan koperasi dan sebagai alat untuk membuat keputusan dalam menjalankan
usahanya. Laporan keuangan tersebut akan disampaikan oleh seorang manajer pada
setiap akhir periode sebagai wujud pertanggungjawabannya. Tujuan dari analisis
Biaya- volume- laba adalah untuk menentukan tingkat penjualan dan komposisi
produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang ditargetkan, maka analisis.
Impas merupakan kasus khusus dari analisis biaya- volume- laba, yaitu penentuan
tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk menjadi tingkat
laba nol.
Dalam penelitian ini mengambil sample Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita Malang selama periode 1994-2007, dengan mengacu pada dokumentasi data sekunder laporan laba rugi tahun 1994-2007, karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tanpa hipotesis dengan begitu analisis datanya hanya memaparkan keadaan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
yang dihadapi koperasi dalam pemasaran adalah persaingan dalam pemasaran dan
persaingan harga. Pendekatan kinerja struktur model neo-klasik standar
dalah suatu pendekatan yang paling umum dipakai dalam literatur koperasi. Model
Neoklasik standar terdiri dari pasar persaingan sempurna, persaingan
monopolistik (tidak sempurna), oligopoli, dan monopoli. Berkenaan dengan
koperasi, kini dapat ditentukan secara lebih seksama tujuan dari analisis harga
dalam struktur pasar yaitu tentang kebijakan harga koperasi pembelian (supply)
yaitu koperasi yang membeli dan mendistribusikan input atau produk bagi para
anggotanya dan kebijakan koperasi pemasaran (yaitu koperasi yang membeli produk
dari anggota dan memasarkan produk kepada masyarakat umum).
Kinerja
koperasi dalam jangka pendek persaingan sempurna suatu koperasi yang menjual
barang atau jasa secara eceran kepada anggotanya memasuki suatu pasar dengan
struktur pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin berhasil, maka ia harus
memberikan paling sendikit manfaat yang sama dengan pasar bagi para
anggotannya. Sedangkan dalam persaingan tidak sempurna para penjual bersaing
melalui deferensiasi produk. Diferensiasi ini berasal dari perbedaan kualitas,
periklanan, lokasi penjualan, kemasan dan lain-lain. Model oligopoli adalah
bahwa jumlah penjual di pasar hanya sedikit, sehingga mereka menyadari adanya
saling ketergantungan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka.
Strategi
dasar koperasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu penggunaan faktor harga
sebagai parameter tindakan dan penggunaan faktor non-harga melalui pengurangan
biaya diferensiasi produk, kualitas dan lain-lain. Dengan kebijakan harga yang
aktif, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi para pesaingnya untuk
menyingkirkan koperasi yang baru masuk. Jika koperasi berproduksi dengan
kemampuan lebih rendah (biaya lebih tinggi) para pesaing dapat dengan mudah
melenyapkan pihak luar. Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang
memungkinkan suatu perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan
biaya rata-rata lebih rendah. Istilah skala ekonomi mengacu pada hubungan
antara biaya rata-rata per unit waktu dengan skala perusahaan.
B. Saran
- Bagi
pembaca harus agar memahami materi yang terdapat dalam isi makalah karena
masalah teori analisis teory harga pada kopersi ada dalam makakalah.
- Bagi
para pelaku usaha koperasi harus tanggap dengan masalah ekonomi
khususnya pada masalah e harga karena harga merupakan kesanggupan orang
membeli barang selain itu juga harus perlu diperhatikan kualitas yang
sesuai harga.
0 comments:
Post a Comment