Kepribdian, Niai , dan Gaya
Hidup
Nama :Eggy Febrian
Kelas : 3EA28
NPM : 12212382
Kepribadian, Nilai dan Gaya
hidup
I. KEPRIBADIAN
Definisi Kepribadian
Pengertian
dari Kepribadian merupakan suatu ciri yang dibawa dari dalam jiwa seseorang
semenjak dia mulai dewasa yang sangat menentukan serta mencerminkan bagaimana
orang tersebut merespon dengan tingkah laku terhadap lingkungannya.
Sifat-sifat
seseorang merupakan suatu hal yang paling dapat dinilai dalam melihat
kepribadian seseorang. Sifat-sifat ini berasal dari dalam diri. Sifat-sifat
yang membedakan antara seseorang dengan orang lainnya terletak pada kualitas
sifat, pembawaan sifat, kemampuan mempengaruhi orang dan perangai khusus yang
dimilikinya.
Selain
itu kepribadian juga cenderung dapat mempengaruhi pilihan dan pembelian seorang
konsumen terhadap suatu produk barang maupun jasa. Hal inilah yang mempengaruhi
konsumen dalam berbagai cara konsumen merespon usaha promosi dari para para
pemasar, kapan waktunya, di mana letaknya, dan bagaimana mereka mengkonsumsi
produk dan jasa tertentu.
Sifat Dasar dari Kepribadian
a). Kepribadian membedakan
individu
Kepribadian
seseorag dikatakan saling membedakan karena dalam diri seseorang terdapat
karakteristik yang dapat membentuk kepribadian seorang individu menjadi sangat
berbeda dengan individu lainnya.
Hal
tersebut merupakan kombinasi-kombinasi yang berasal dari banyak sebab. Sehingga
akan banyak terdapat kepribadian yang akan tercipta baik karena pengaruh
lingkungan sosialnya maupun kebudayaannya.
b). Kepribadian bersifat
konsisten dan bertahan lama
Sebenarnya
kepribadian seseorang akan muncul sejak manusia tersebut berumur anak-anak ,
kepribadian sebenarnya sudah di bawa sejak bayi maupun saat dalam kandungan
yang dalam hal ini, diturunksn oleh orang tuanya dan kemudian dibawa siring
dengan pertumbuhan dan akan semakin matang ketika orang tersebut menjadi dewasa
dan Tua.
c). Kepribadian dapat berubah
Sebenarnya
kepribadian seseorang yang di bawa sejak kecil tetap dapat berubah pada keadaan
tertentu yang mempengaruhinya. Misalnya karena adanya berbagai peristiwa hidup
yang terus dialaminya. Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai respon
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi tiba-tiba, Namun juga terjadi sebagai
bagian dari perjalanan sebuah proses menuju ke kedewasaan secara yang bertahap.
Pengaruh Kepribadian Dalam
Perilaku Konsumen
Kepribadian
yang berbeda membawa banyak perbedaan juga terhadap perilaku konsumen seseorang
terhadap pembelian suatu barang, hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki
kehidupan sosial yang berbeda-beda, serta berasal dari keluarga dengan kondisi
yang berbeda-beda pula, hal ini lah yang menjadikan setiap orang memiliki
keperibadiannya masing-masing yang jelas berbeda dengan kepribadian orang
lainnya.
Kepribadian
ini akan mempengaruhi sikap seseorang dalam menilai suatu produk, serta akan
memberikan pemahaman yang berbeda dari nilai guna suatu barang. Maka hal itu
tentu akan mempengaruhi perilakunya sebagai seorang konsumen.
II. NILAI-NILAI INDIVIDU
Seseorang
akan memiliki nilai-nilainya sendiri sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Setiap individu juga akan menilai sesuatu dengan berbeda-beda.
Nilai yang dimiliki oleh setiap individu tersebut akan mempengaruhi perilaku
dan alasan seseorang dalam membelanjakan uang atau sember daya yang mereka
miliki untuk membeli suatu barang.
Dengan
demikian bila semakin tinggi seseorang menilai suatu barang dan jasa terhadap
kebutuhan hidupnya, maka akan semakin tinggi pula apresiasi/ Respon mereka
terhadap produk tersebut. Contoh : Seorang konsumen akan menilai secara baik
terhadap suatu produk / barang yang dibelinya apabila barang tersebut memenuhi
syarat akan keingnan dan dapat memenuhi kepuasan konsumennya. Konsumen Tas akan
merasa puas terhadap tas yang dibelinya bila tas tersebut kuat dan nyaman
digunakan.
Dilihat dari kepribadian,
perilaku konsumen mempunyai nilai-nilai individu sebagai berikut :
1. Id
Id itu untuk mengusahakan
segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan, yang dicurahkan
dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar.
Berfungsi sebagai menunaikan prinsip kehidupan yang asli atau yang pertama yang
dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle).
Bertujuan untuk mengurangi
ketegangan. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan. Tujuan dari prinsip
kesenangan ini dapat dikatakan terdiri dari usaha mencegah dan menemukan
kesenangan.
2. Ego
Ego adalah Hubungan timbal
balik antara seseorang dengan dunia memerlukan pembentukan suatu system
rohaniah baru. Berlainan dengan id yang dikuasai oleh prinsip kesenangan, ego
dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle).
Bertujuan untuk menangguhkan
peredaan energi sampai benda nyata yang akan memuaskan telah diketemukan atau
dihasilkan. Penangguhan suatu tindakan berarti bahwa ego harus dapat menahan
ketegangan sampai ketegangan itu dapat diredakan dengan suatu bentuk kelakuan
yang wajar.
3. Super Ego
` Superego adalah suatu cabang moril atau cabang keadilan
dari kepribadian.Superego lebih mewakili alam ideal daripada alam nyata.
Superego terdiri dari dua anak system, ego ideal dan hati nurani.
III. KONSEP GAYA HIDUP DAN
PENGUKURANNYA
Berbicara
mengenai konsep, maka perencanaan merupakan elemen utamanya, maka pengertian
dari konsep Gaya hidup adalah bagaimana perencanaan seseorang terhadap gaya
hidupnya sehari-hari, dengan perencanaan yang matang dan berpatokan pada suatu
hal ataupun prinsip yang melatar belakanginya.
Seseorang
memulai merencanai pola kehidupannya sejak kecil, ketika orang tua memberikan
pendidikan sekolah, maka hal itu juga merupakan pola perencanaan terhadapa
seseorang yang diberikan oleh orang lain, dengan tujuan memberikan perencanaan
yang baik.
Untuk
mengukur gaya hidup seseorang, maka kita harus menggunakan pendekatan
Psikografi, Psikografi merupakan suatu kriteria untuk mengukur tingkat
psikologis seseorang yang berhubungan langsung dengan pengaruh pembentukan gaya
hidup.
Ada 3 Faktor yang
mempengaruhi Gaya Hidup Konsumen :
- Kegiatan yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
- Minat yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang
dimiliki konsumen.
- Pendapat atau pemikiran yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus
dimana semacam pertanyaan yang diajukan.
Dalam Psikografi terdapat
variabel-variabel yang akan digunakan. Variabel psikografi tersebut antara lain
adalah :
1. Sikap
Sikap merupakan pola tingkah
laku / perilaku seseorang yang biasa dilakukannya dalam kehidupan
sehari-harinya.
2. Nilai
Nilai merupakan pandangan
seseorang terhadap nilai-nilai yang dimiliki orang lain , sebagai tolak ukur
baik atau tidaknya orang tersebut dlam kehidupannya di masyarakat.
3. Aktivitas
Aktivitas adalah suatu
kegiatan rutun sehari-hari yang secara Continue terus dilakukan sebagai suatu
kebiasaan/ kesibukan.
4. Minat
Minat merupakan keinginan
seseorang akan seseorang terhadap suatu hal, dan memotifasi orang tersebut untu
dapat mencapai hal yang diinginkannya itu.
5. Opini
Opini adalah sebuah
tangkapan/ pengertian seseorang akan suatu hal yang biasanya diungkapkan
melalui pendapat.
6. Demografi
Demogrrafi adalah tatanan
kependudukan yang ada dalam suatu wilayah dan temasuk menilai kebudaayaan yang
ada dalam suatu wilayah tersebut.
IV. PENGUKURAN GANDA PERILAKU
INDIVIDU
Pengukuran
ganda perilaku individu, merupakan suatu cara bagaimana mencari tahu perilaku
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dengan menilai
karakteristik yang sama dan memberikan nilainya terhadap masing-masingnya. Contoh
: Dua orang konsumen memiliki kebiasaan yng sama yaitu berbelanja, namun yang
satu suka berbelanja akan barang-barang mewah karena memiliki kemampuan
finansial yang tinggu pula, dan yang satu orang lagi berbelanja dengan
prioritas kebutuhan hidup sehari-harinya.
Maka kita akan dapat menilai kedua orang tersebut secara
berbeda meskipun terdapat kesamaan kebiasaan yang sama. Di samping itu juga ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seorang individu ( konsumen )
terhadap keputusannya dalam hal membeli dan menggunakan produk, Ada 5 tahap
proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari :
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari
pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian mengenali permasalahan atau
kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan
sejumlah keadaan yang diinginkan.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tergerak
mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika
dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya,
ia cenderung akan membelinya.
3. Pengevaluasian Alternatif
Cara konsumen memulai usaha
mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan
situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan
kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
4. Keputusan Pembeli
Tahap pengevaluasian,
konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat)
pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang
paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan
pembelian dan keputusan pembelian.
5. Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya
berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa
puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting
diperhatikan oleh pemasar.
Sikap orang lain dalam
merespon suatu produk yang di pasarkan , tentu akan mempengaruhi respon
individu pula, bila respon dari masayarakat cukup besar dalam merespon suatu
produk yang di pasarkan, maka individu tersebut akan akan merespon yang sama.
V. KESIMPULAN
Kepribadian
merupakan suatu ciri yang dibawa dari dalam jiwa seseorang semenjak dia mulai
dewasa, kepribadian sangat menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang
dengan tingkah laku terhadap lingkungannya.
Dalam
kaitannya dengan perilaku konsumen, kepribadian, nilai dan gaya hidup jelasakan
mempengaruhinya, sebab dengan adanya perbedaan kepribadian, nilai dan gaya
hidup seseorang maka pola pikir dalam menilai suatu produk akan berbeda pula,
sehingga akan mempengaruhinya dalam keputusan membeli.
Dalam
kasus diatas, dimana perusahaan pembuat Tas mengahdapi masalah berupa tuntutan
agar perusahaan mampu membuat dan menjual produknya tersebut namun dengan
menjunjung tinggi kepribadian , nilai dan gaya hidup para konsumennya. Maka
perusahaan harus mengambil langkah berupa segmentasi pasar terhadap penjualan
dan pembuatan tas.
Tas
dengan harga mewah dan kualitas terbaik akan dijual pada konsumen dengan gaya
hidup mewah dan glamour. Sedangkan Tas dengan kualitas nomer dua, dan harga
juga di bawah kualitas utama, maka pasarnya adalah konsumen menengah kebawah.
Kepribadian
konsumen tidak dapat dirubah oleh perusahaan dengan seketika, namun dengan
segmentasi pasar, maka perusahaan telah menjadikan Gaya hidup dan kepribadian
sebagai peluang pemasaran.
Dari Bujukan Hingga
Komunikasi
Stimulan
yang merupakan masukan proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran
daripemasar dan rangsangan dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan
proses pengambilankeputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial
konsumen. Respons perilaku konsumendapat dijadikan faktor yang dapat membentuk
keputusan pembelian (yaitu pembelian selanjutnya)atau tidak melakukan pembelian
(menolak produk yang ditawarkan).
Rangsangan
pemasaran dari pemasar yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen
yaituseluruh kegiatan pemasaran yang meliputi bujukan hingga komunikasi
mengenai produk tertentuyang ditawarkan. Para pemasar dapat melakukan kegiatan
yang dapat dijadikan teknik modifikasi perilaku konsumen.
Teknik Modifikasi Perilaku
Modifikasi
perilaku secara umum dapat didefinisikan sebagai hampir segala tindakan yang
bertujuan mengubah perilaku. Definesi yang tepat dari modifikasi perilaku
adalah usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun
prinsi-prinsip psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia
(Bootzin,1975).
Dalam
perkembangannya,modifikasi perilaku berkembang secara pesat mulai tahun enam
puluhan. Modifikasi perilaku mulai mempengaruhi praktik-praktik perlakuan
terhadap perilaku pada psikologi yang lain. Sebagai konsekuensinya,modifikasi
perilaku tidak lagi begitu ketat,tidak memperlakukan manusia seperti binatang
eksperimen dalam laboratorium,tetpai perlakuannya lebih manusiawi. Modifikasi
perilaku banyak mengasimilasi praktik-praktik psikologi lain. Sasaran utama
tetap mengubah perilaku lahiriah,dalam arti menghilangkan gejala-gejala
kelaianan,bukan hanhya mencapai insight mengenai penyebab perilaku. Telah
disadari oleh para pengembangnya,bahwa mengabaikan dasar dan penyebab perilaku
adalah tindakan yang tidak masuk akal. Namun insight mengenai dasar dan
penyebab itu bukan tujuan utama dalam modifikasi perilaku ,tetapi perhatian
utama pada perilaku subjek sekarang(here and now),bukan pada saat usul
perilaku.
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP
PEMBELIAN DAN KONSUMSI
1. Pengertian Kebudayaan
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Definisi budaya
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai
budaya seperti “individualisme
kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
2. Seseorang Menemukan Nilai-
Nilai yang di Anut
Nilai
sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan
sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui
proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut
masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang
lain terdapat perbedaan tata nilai
Ciri-ciri pembentukan
nilai-nilai sosial yang di anut
- Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga
masyarakat.
- Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
- Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
- Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan
sosial manusia.
- Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang
lain.
- Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
- Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
- Cenderung berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan ciri-cirinya,
nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai
mendarah daging (internalized value).
Nilai dominan adalah nilai
yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya
suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.
Banyak
orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat
menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti
politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Berapa lama nilai tersebut telah dianut
oleh anggota masyarakat.
Tinggi rendahnya usaha orang
untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya
berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran
atau Natal.
Prestise
atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki
mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise
tersendiri.
Nilai mendarah daging
(internalized value)
Nilai
mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan
sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir
atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi
sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan
merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga
yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala
keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat
siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi
manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala
tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan
pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.
Menurut Notonegoro,nilai
sosial terbagi 3, yaitu:
- Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
fisik/jasmani seseorang.
- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang mendukung aktivitas
seseorang.
- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
jiwa/psikis seseorang.
3. Pengaruh Kebudayaan
Terhadap Perilaku Konsumen
Pengertian
perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
Selain
itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut
Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen
untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
3.1. Model perilaku konsumen
Konsumen
mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan
besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab
pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana
dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan
sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai
usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi
responterhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda
mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
3.2. Faktor Budaya
Faktor
budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen.
Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan
kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan
perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai
dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota
masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri
dari sub-budaya –
sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang
lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi
empat jenis: kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
Banyak
subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah
masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang
tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku
yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti
pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan,
kekayaan dan variable lain.
3.2.1. Pengaruh Budaya Yang
Tidak Disadari
Dengan
adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami
beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam
memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat
mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan
otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab,
“ya karena memang
sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang
memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang
berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang
berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk
perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang
dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di
budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan
pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila
dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi
dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi
terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka
miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya
mereka sendiri.
3.2.2. Pengaruh Budaya dapat
Memuaskan Kebutuhan
Budaya
yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu
produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode “Coba
dan buktikan”
dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan
adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita
makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan.
Begitu juga hal yang sama
yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan
suatu obat.
3.2.3. Pengaruh Budaya dapat
Dipelajari
Budaya
dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan
seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan
yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang
dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih
muda mengenai cara berperilaku.
Ada
juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman
atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan
periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan
memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan
iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam
diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang
kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan
dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi
sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga
memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat
dari suatu kategori produk tertentu.
3.2.4. Pengaruh Budaya yang
Berupa Tradisi
Tradisi
adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian
langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan
terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari
lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting
dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih
berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang
selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya
pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara
tersebut.
4. Struktur Konsumsi
Secara
matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai
hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran)
dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian
pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke
kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan peningkatan harga dan
jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium)
dalam kurva penawaran (S).
5. Dampak Nilai- Nilai Inti
Terhadap Pemasar
5.1. Kebutuhan
Konsep
dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia
adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan
yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik
(makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri,
sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat
konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut.
5.2. Keinginan
Bentuk
kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual
dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan
memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan
yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin
luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan
perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia
dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan
sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan
lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya
akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan
keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
4.3. Permintaan
Dengan
keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya
manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling
memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan
produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
6. Perubahan Nilai
Budaya
juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya
perluasan perubahan budaya yaitu :
- Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal
tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu
dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi
pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu
dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
- Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi
respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia
tersebut.
- Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya
yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
6.1. Variasi nilai perubahan
dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai
budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini
dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai
lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara
individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang
utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai
aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam
keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi
untuk “menjadi seorang
individual”.
Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang
terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga,
maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
6.2. Individual/kolektif
Budaya
individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New
Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India,
dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor
kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada
individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan
nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang
lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang
lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif
dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema
yang diangkat seperti ”
be your self”
dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara
umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
6.3. Usia muda/tua
Dalam
hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda
lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata
lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari
peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih
untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda
dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi
anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan
untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya
mereka anak merupakan “kaisar
kecil” bagi mereka. Jadi,
apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting
untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera
pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada
budaya didalamnya.
6.4. Luas/batasan keluarga
Yang
dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan
penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa
(orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik
bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa
yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh
pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti
contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan
Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki
kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang
dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga
mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua
maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli
diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga
diantara mereka.
Contoh Kasus :
REPUBLIKA.CO.ID,KARANGAYAR
– Pelestarian terhadap
seni budaya batik menjadi salah kaprah. Masalahnya, seluruh siswa SMP dan
SMA/SMK di Kabupaten Karanganyar diwajibkan membeli seragam batik. Kewajiban
ini berlaku bagi siswa baru maupun siswa lama saat orangtua mengambil rapot
kenaikan kelas.
Koleksi
seragam sekolah bertambah. Siswa SMP, misalnya, selain memiliki seragam
putih-biru dan Pramuka, kini bertambah seragam batik. Demikian dengan siswa
SMA/SMK. Selain seragam putih-abu-abu dan Pramuka, kini juga bertambah seragam
batik.
Ini yang dipersoalkan
orangtua di sana. Mereka bukan saja mempermasalahkan cara ”paksaan” yang dilakukan pihak sekolah. Tapi, soal harga yang
terlalu tinggi.
”Masak
seragam batik printing harganya Rp 179 ribu per potong,” tutur salah seorang walisiswa kepada Republika.
Walisiswa dari sebuah SMPN di
Jaten, Karangnyar, ini merasa keberatan dengan model pungutan seperti ini.
Masalahnya, siswa setiap ajaran baru itu wajib membeli seragam reguler dan
seragam olahraga.
Menurutnya, banyak orangtua
yang memprotes. Tapi, mereka tak dapat berbuat banyak. ”kebijakan seragam batik sebagai identitas sekolah. Mau
tidak mau, siswa harus membeli,” katanya.
Siswa SMAN I Karanganyar
mewajibkan membeli seragam batik lewat koperasi sekolah. Orangtua disodori
belangko pembelian seragam batik senilai Rp 179 ribu. Ini diberikan saat
orangtua mengambil rapor. Dalam blangko disebutkan, orangtua bisa membayar
batik saat mengambil rapor. Atau setelah libur sekolah.
PENUTUP
Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola
hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Saran
Suatu budaya boleh saja di
lestarikan dan di jaga utuh ,tetapi suatu budaya jangan di jadikan sebuah
konsumsi yang berlebihan atau beban,gunakan budaya sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan kalau tidak sesuai malah akan jadi salah kaprah.
Mempelajari budaya yang
modern dan cangih bisa menaikan pendapatan seperti halnya berbisnis online.
0 comments:
Post a Comment