Astra Honda Motor menawarkan konsep subdealer dengan nama
Kios Honda. Modal pendiriannya relatif kecil dan balik modalnya cepat.
Para pengendara sepeda motor sepertinya cuma memiliki
satu musuh: hujan. Bila hari cerah, ketimbang kena macet di dalam mobil plus
kegerahan di kendaraan umum, banyak orang memilih menunggangi sepeda motor.
Apalagi kendaraan roda dua itu terasa lebih hemat. Pas dengan keadaan negara ini
yang sedang mengalami krisis BBM.
Ya, kuda besi itu kini benar-benar telah menjadi andalan
di jalan. Para produsen sepeda motor pun menyunggingkan senyum manis melihat
penjualan sepeda motor yang terus meningkat pesat dari tahun ke tahun. Sebagai
gambaran, tahun lalu realisasi penjualan sepeda motor mencapai 3,6 juta unit.
Tahun ini Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menargetkan penjualan
5 juta sepeda motor, alias naik 38%.
Dengan penjualan sebanyak itu, bisa terbayang betapa
basahnya bisnis ini. Wow, puluhan triliun rupiah, Jack! Jangan cuma
terkagum-kagum melihat angka ini. Anda pun bisa turut mencicipi nikmatnya
bisnis sepeda motor ini. Salah satu caranya: membuka usaha dealer kecil-kecilan
lewat sistem channeling seperti yang ditawarkan Suzuki, Yamaha, maupun Kawasaki
(KONTAN, edisi 20 Oktober 2003).
Kini, selain tiga merek motor Jepang itu, kini terbuka
pula peluang Anda untuk menjadi subdealer sepeda motor Honda. Seperti kita
tahu, hingga saat ini Honda merupakan market leader sepeda motor di Indonesia.
Pada kuartal pertama 2005 lalu, si roda bersayap ini menguasai 54% pangsa pasar
sepeda motor di Indonesia.
Kendati masih merajai pasar, agaknya persaingan yang
ketat di bisnis kendaraan roda dua ini memicu Honda untuk menyusul para
pesaingnya yang sudah lebih dulu turun ke jalur channeling. Jadilah baru-baru
ini PT Astra Honda Motor (AHM) menawarkan usaha dealer yang disebut Kios Honda.
“Ini untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya di daerah
pinggiran dan pelosok yang belum terjangkau dealer,” jelas Kristanto, General
Manager Corporate Communication Division AHM.
“Kalau disuruh untuk meng-cover sendiri, sepertinya tidak
laik dari sisi bisnis. Penjualannya cuma sedikit,” timpal Edi Setiawan, Senior
Manager Deputy Marketing Dept. Head PT Wahana Makmur Sejati. Wahana adalah
dealer utama Honda untuk wilayah Jakarta dan Tangerang.
Lebih untung kalau kreditan
Bila tertarik menjadi penjual sepeda motor keluaran
Honda, persiapkanlah diri Anda. Syarat untuk membuka Kios Honda enggak
sulit-sulit amat. Modal utamanya, Anda harus mempunyai ruangan yang memadai
untuk memajang sepeda motor. Tempatnya bisa menyewa atau milik sendiri. Oh, ya,
sesuai dengan namanya, Anda dilarang memajang sepeda motor merek lain di Kios
Honda.
Setelah itu, Anda akan mengalami seleksi yang cukup ketat
oleh dealer Honda. Maklum, tadinya Kios Honda memang tidak dibuka bagi umum,
tapi hanya untuk perpanjangan dealer doang. Tapi, karena beberapa dealer
mempunyai keterbatasan jaringan, akhirnya masyarakat umum pun bisa memiliki
Kios Honda.
Setelah seluruh tetek-bengek persyaratan terpenuhi,
dealer nanti akan membekali Kios Honda dengan spanduk, umbul-umbul, dan brosur.
Selanjutnya, dealer akan meminjamkan minimal lima unit
sepeda motor untuk dipajang di kios. Kalau ada pembeli, pemilik kios akan
mengirimkan permintaan itu ke dealer via faksimili. Jika pembelian kredit,
pihak dealer akan meneliti kelayakan permintaan pembelian kredit itu. Untuk
pembelian kredit, konsumen bisa memilih kredit dari perusahaan pembiayaan
Wahana Ottomitra Multiartha (WOM), Federal International Finance (FIF), atau
lainnya tergantung “kebiasaan” si dealer induk.
Kalau permintaan itu disetujui, si dealer langsung
mengirimkan sepeda motor kepada pembeli. Lo, jadi pemilik kios hanya jadi
perantara? Betul sekali. Fungsi Kios Honda ini memang mirip-mirip makelar.
Untuk satu unit sepeda motor yang laku, pemilik Kios
Honda akan mendapatkan fee antara Rp 400.000 sampai Rp 600.000. Tapi, kalau
pembeli membayarnya secara tunai, persenannya lebih kecil, di bawah Rp 300.000.
Eit…, ini masih fee kotor, lo, belum dipotong dengan diskon atau hadiah yang
diberikan Kios Honda. Nah, biasanya pemilik kios mengambil fee yang menjadi
haknya itu dari dealer setiap dua pekan sekali atau sebulan sekali.
Harus mampu mengejar target
Yang harus diperhatikan, pemilik kios tak bisa seenaknya
duduk-duduk santai di kiosnya. Sebab, untuk tahap awal, dealer membebani Kios
Honda dengan penjualan sebanyak 20 unit sebulan. “Jumlah ini untuk meng-cover
biaya operasional,” tandas M. Fakhrid Syaifullah, Direktur PT Arisma Dawindo
Sarana (ADS), dealer Honda wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut Fakhrid, kalau satu Kios Honda bisa jualan dalam
jumlah segitu, dalam tempo lima bulan sudah bisa balik modal. “Kalau bisa jual
30 unit sebulan, dalam hitungan 3-4 bulan sudah bisa balik modal,” cetusnya.
Nah, sulitkah mencapai target yang telah ditetapkan
dealer itu? Agaknya tidak. Tengok saja Kios ADS I yang terletak di bilangan
Ciganjur, Jakarta Selatan. Bulan pertama beroperasi, Mei lalu, kios ini sudah
mampu melego 20 unit sepeda motor. “Kami kan letaknya strategis dan dekat
mesjid. Jadi, kalau habis salat dan Jumatan kan bisa terlihat,” ujar Nurhayati,
sales counter di sana.
Tapi, ada juga Kios Honda yang belum mampu memenuhi
target tersebut. Sebut saja Kios Honda Ramayana di bilangan Joglo, Jakarta
Barat. Bulan pertama beroperasi pada Juni lalu, kios ini memang mampu
memperoleh pesanan sebanyak 20 unit. Tapi, dari jumlah itu yang dikabulkan
hanya 8 unit sepeda motor. Adapun pembelian 8 unit sepeda motor lagi ditolak oleh
FIF dan dealer. Adapun 4 unit sepeda motor sisanya baru dikirim bulan ini.
“Enggak sempat ngejar bulan Juni,” ungkap Suseno, sang pemilik kios.
Namun, ia tak patah arang. Suseno bertekad, untuk menjadi
besar harus dimulai dari yang kecil, seperti kios ini. “Peluangnya masih besar,
Honda kan pemimpin pasar,” ujar Suseno yang sudah sembilan tahun berkarier pada
perusahaan otomotif.
Untuk itu, selain menyebarkan brosur, ia akan
memanfaatkan jaringan yang sudah dibangunnya selama berkarier di dunia otomotif.
Ia yakin, bulan depan, kiosnya sudah bisa memenuhi penjualan yang ditargetkan
oleh dealer induknya, PT Ramayana Begawan Putrajaya.
Menurut Suseno, usaha semacam ini perlu membuat semacam
dana cadangan. “Kalau target yang dibebankan tak tercapai,” cetusnya. Maka,
Suseno pun tetap bisa tenang saat ia gagal memenuhi targetnya. Maklum ia sudah
mempersiapkan dana cadangan sebesar Rp 5 juta atau setengah dari investasi yang
telah ia tanamkan.
0 comments:
Post a Comment